Momen ijtimak atau konjungsi dalam astronomi merupakan peristiwa kedudukan Bulan dan Matahari terletak pada bujur ekliptika yang sama. Bila momen ijtimak atau konjungsi berkaitan dengan musim gerhana yaitu posisi Matahari cukup dekat dengan salah satu titik simpul orbit Bulan dengan ekliptika, maka pada saat ijtimak berlangsung akan bertepatan dengan momen sekitar pertengahan gerhana Matahari. Jadi tidak semua ijtimak atau konjungsi selalu terjadi gerhana Matahari, karena ijtimak bisa berlangsung agak jauh atau jauh dari titik simpul orbit Bulan dengan ekliptika.
Kedudukan Bulan pada saat Matahari terbenam sekitar 1 hingga 3 derajat dibawah ufuq. Pada tanggal -1 sebelumnya secara umum di wilayah Indonesia Bulan terbenam beberapa menit mendahului Matahari. misalnya pada tanggal -1 sebelumnya Bulan terbenam pada jam 17:50 wib dan Matahari terbenam 5 menit kemudian yaitu pada jam 17:55 wib. Jadi walaupun ijtimak berlangsung 54 menit sebelum Matahari terbenam atau 49 menit sebelum Bulan terbenam, ijtimak jam 17:01 wib dan Matahari terbenam jam 17:55 wib) namun waktu terbenam Bulan bisa mendahului Matahari. Aturan penetapan awal Bulan berdasarkan criteria bila konjungsi atau ijtimak berlangsung sebelum maghrib (sebelum Matahari terbenam) tidak bisa dipergunakan untuk memprediksi adanya hilal. Bila aturan itu dipergunakan pada kasus pencarian hilal awal bulan Hijriyah bisa keliru (Bulan sudah terbenam, disangka masih di atas ufuq), tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam adalah sekitar -2 derajat (di bawah ufuq) tidak selamanya selalu di atas ufuq.
Kaidah penampakan hilal dalam langit senja di ufuq Barat secara umum adalah:
- Langit cerah atau cukup cerah berawan tipis
- Waktu pengamatan telah m elewati waktu konjungsi/ijtimak
- Waktu penampakan hilal umumnya dalam senja nautika (jarak zenith Matahari sekitar 95 atau 96 derajat)
- Pada saat Matahari terbenam dan bahkan Matahari mencapai jarak zenith sekitar 95 atau 96 derajat posisi Bulan masih harus di atas ufuq . Penampakan hilal umumnya dalam langit senja nautika ketika kedudukan Matahari mencapai 5 atau 6 derajat di bawah ufuq atau di bawah horizon Barat. Senja nautika diantara senja sipil dan senja astronomi.
- Ukuran luas sabit Bulan sedemikian rupa sehingga bisa cukup terang dan mudah dideteksi oleh mata bugil manusia.
Pada tanggal 1 posisi tinggi Bulan saat matahari terbenam sudah mencapai sekitar 10 derajat dan luas sabit Bulan sudah mencapai sekitar 2 %. Misalnya Bulan terbenam pada jam 18:46 wib dan Matahari terbenam 51 menit sebelumnya yaitu pada jam 17:55 wib. Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam. Hilal hanya tampak setelah matahari terbenam (maghrib), karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding dengan cahaya matahari, serta ukurannya sangat tipis. Apabila hilal terlihat, maka pada petang (maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Apabila hilal tidak terlihat maka awal bulan ditetapkan mulai maghrib hari berikutnya.
Comments :
0 komentar to “Dasar penetapan awal Bulan Islam (hilal)”
Posting Komentar